Andi Bachtiar Yusuf Terobsesi Tembus Hollywood
BELUM lama ini Andi Bachtiar Yusuf mengundang para dosen dan mahasiswa Fikom Unpad untuk menonton peluncuran film terbarunya, U-19, di BlitzMegaplex Paris Van Java Mall Bandung. Sebagai alumni prodi Jurnalistik Fikom Unpad, dia amat berbahagia jika film tentang sepakbola ini bisa diapreasiasi oleh para sivitas akademika almamaternya, terlebih dia sendiri merupakan mantan aktivis kampus.
Pria yang kerap dipanggil Ucup ini lahir di Jakarta pada 15 Januari 1974. Saat ini dia dikenal sebagai sutradara yang cukup sukses unttuk menggarap sejumlah film yang berbau olahraga, khususnya sepakbola di Indonesia, Setelah lulus dari SMA Lab School Jakarta, Ucup melanjutkan kuliah di jurusan Jurnalistik Fikom Unpad, angkatan 1991.
Setelah lulus, ucup sempat menjadi seorang jurnalis selama beberapa tahun. Namun meski begitu Ucup mengakui bahwa ia lebih tertarik pada dunia perfilman. Dasar – dasar jurnalistik dipakai dirinya untuk bekerja sebagai komentator bola. Ucup menggeluti dunia perfilman karena hobinya yang gemar menonton.
Kesukaannya pada dunia sepakbola juga membuat Ia mulai menggarap film – film pendek pada tahun 2003, diantaranya ‘Jakarta Is Mine!’(2003), ‘Hardline’ (2004), dan ‘To Die For’(2005). Keseriusan dalam perfilman Ucup memuncak pada tahun 2005 saat ia mendapat program beasiswa di Berlin, Jerman. Dari program tersebut, ucup tergoda untuk menjadi filmmaker setelah bertemu banyak orang dengan tujuan yang sama.
Ucup sempat menetap di Berlin setelah menyelesaikan program beasiswa tersebut untuk belajar mengenai industri dan proses produksi film. Saat kembali ke Indonesia Ucup kembali menghasilkan karya – karya dokumenter pendek berjudul ’60 Years’ (2005) dan ‘Live Under The Same Sun’ (2006). Film – film tersebut bahkan sempat ditayangkan pada festival film di luar negeri dan mendapat menuai banyak pujian.
Pria berkacamata ini, berhasil membuahkan film panjang mengenai sepak bola berjudul ‘The Jack’ (2007) yang berhasil menembus sejumlah festival film seperti Jogja-NETPAC Asia Film Fest, Cinemanila Film Festival (Filipina), dan Asiaticafilmmedial (Roma, Italia). Setahun kemudian, Ucup kembali mengharumkan perfilman Indonesia dengan filmnya yang berjudul ‘The Conductors’ (2008) yang berhasil meraih penghargaan Special Mention Award di Pusan International Film Festival 2008 (Korea Selatan). Film ini juga menjadi pemenang film dokumenter terbaik pada festival film Indonesia.
Mantan jurnalis ini tidak pernah berhenti menghasilkan karya film baru berkualitas di tanah air, Setelah memroduksi film berjudul ‘Romeo & Juliet’ (2009) Film hasil garapan Ucup kembali tayang dengan judul ‘Hari Ini Pasti Menang’ (2013). Film yang diadaptasi dari novel berjudul ‘Menerjang Batas’ karya Estu Ernesto ini, menceritakan tentang sosok pemain sepakbola impian masyarakat Indonesia yang mampu membawa tim nasional hingga ke Piala Dunia 2014, dan film terbarunya adalah U-19 (2014).
U 19 merupakan film tentang perjalanan seorang pelatih Indra Sjafri yang melakukan blusukan guna mendapatkan para pemain sepakbola yang handal untuk tim U 19. Dengan metode pelatihan yang mumpuni timnya sukses meraih berbagai prestasi dan berhasil mengalahkan tim-tim yang kuat dari negara lain.Film dibintangi oleh Mathias Muchus, Ibnu Jamil, Mandala Shoji, Paudin Redi, Reza Aditya, Verdi Solaiman, dan beberapa pemain muda seperti Rendy Ahmad, Gazza Zubizareta, serta Yusuf Mahardika. Film ini mengambil lokasi syuting di lima daerah yaitu Jakarta, Yogyakarta, Buton, Konawe (Kendari), dan Alor (Kupang).
Bagi ayah dari dua orang anak ini, profesi sebagai sutradara cukup mengasyikan. Selain bisa menuangkan ide secara visual, ia juga bisa mendapat kesempatan pergi keluar negeri untuk hadir pada festival – festival film yang menayangkan karya dari berbagai negara. Ini bisa menjadi pengalaman baru serta menjadi referensi untuk karya film selanjutnya.
Mengingat jumlah sutradara di Indonesia yang yang menggarap tema olahraga masih sedikit, ucup berkeinginan untuk terus membuat film yang berkualitas hingga berhasil menembus Hollywood. Meski sulit, ucup mengaku tertantang mengingat dunia perfilman Indonesia masih berkembang.
Sebagai Film maker senior, Ucup sendiri melihat bahwa masih banyak generasi Filmmaker yang terlalu memikirkan bagaimana cara pesan moral disampaikan. Pada akhirnya ide tersebut malah tersimpan bertahun tahun dan tidak direalisasikan. Menurutnya, filmmaker seharusnya tidak perlu berpikir panjang untuk membuat sebuah film karena dari pengalaman akan terbentuk karya yang berkualitas. “Kalau punya ide ya langsung buat. Ngga usah kebanyakan mikir. Yang penting, tau apa yang mau dibikin dan dicapai. Jangan lupa perkuat konten dan jangan lupa untuk didistribusikan”, Tutupnya. (Ajeng Dwi Damarasri/ Gagah Nurjanuar Putra)